Rabu, 25 Juli 2012

Bahagia itu Sederhana

Kalo ditanya cita-cita saya apa, jawaban saya setelah menginjak SMA adalah pengen jadi wartawan. Kalo ditanya kenapa? Hmmm...ga tau. Mungkin dengan jadi wartawan bs memenuhi hasrat saya untuk tau beragam orang dengan beraneka profesi. Dari penyapu jalanan, tukang becak, wirausahawan, pengamat, sampai pejabat negara.

Selepas SMA, dari jaman-jamannya milih-milih jurusan untuk nanti kuliah, tujuannya cuma jurusan komunikasi atau jurnalistik. Dan hasrat menjadi seorang wartawan pun semakin menggila setelah akhirnya berhasil kuliah di kampuas impian. Jurusan Jurnalistik, Universitas Padjadjaran.

Lima tahun tiga bulan duduk di bangku kuliah, saat luluspun gak pernah terbesit untuk memiliki pekerjaan selain wartawan. Semua lamaran ke beragam media cetak, online dan elektronik saya coba. Dan alhamdulillah. Ga perlu nunggu lama, cita-cita saya terkabul dan nama saya tercatat sebagai salah satu wartawan disana. Bahagia? Pasti. Saya senang, orang tua senang, keluarga senang. And I'm happy doing this job.

Dua tahun bekerja disini, masih ga pernah kepikiran untuk beralih profesi lain. Rasanya, meski tanggung jawab berat, disinilah kebahagiaan batin yang sangat saya nikmati.

Hingga sampai pada putusan itu. Meski belum putusan final, tp dua orang yang sangat saya sayangi dan cintai sangat menginginkan saya beralih profesi. Dari yang mulanya hanya iseng belaka, berniat diam-diam dan ga memberitahu mereka, sampai akhirnya memberitahu dan didukung sepenuhnya sama mereka. Sangat didukung!

Meski belum putusan final, tapi melihat dukungan mereka, dua laki-laki yang sangat saya cintai, membuat hati ini luluh. Apalah arti mencintai profesi kalau toh diri ini bisa membahagiakan orang-orang yang saya cintai dengan profesi lain? Meski mereka tidak membenci profesi saya, tapi dukungan mereka agar saya beralih profesi lebih karena ingin melihat masa depan saya (dan masa depan keluarga saya nanti) cerah, masa tua terjamin, dan lain-lain. Yaah, saya tahu, semua ini demi kebaikan saya.

Insyaallah, dukungan mereka adalah semangat dan masa depan saya. Apapun profesinya, dukungan dan doa mereka, akan menjadi berkah untuk saya. Gak ada salahnya kan mencoba? Bismillahirrohmanirrohim.

Well, bahagia itu sederhana, kan? 

Kamis, 05 Juli 2012

SIKAP

beberapa kali saya dilibatkan pada curhatan teman tentang kebingungannya. lagi-lagi memang karena percintaan mereka. tapi lagi-lagi juga semua itu karena mereka tidak punya sikap. atau takut bersikap. yang ujung-ujungnya pasti bikin mereka bingung dan jatohnya sih membuat diri mereka melupakan bahwa perasaan mereka juga butuh dihargai. 



saya juga bukan orang yang mudah untuk memutuskan suatu perkara. tapi sepertinya, perihal berada di sebuah persimpangan itu pernah saya alami. bimbang untuk memilih si A atau si B dalam kurun beberapa waktu, pastinya bikin galau. sampai pada akhirnya diharuskan untuk bersikap. memilih si A dan tidak berbaik hati lagi pada si B, bukan karena saya jahat. tapi lebih karena perasaan si A butuh dihargai, perasaan si B butuh dihargai. dan terlebih perasaan saya, lebih butuh dihargai. 




setelah bersikap pun tidak seketika semuanya selesai. selanjutnya menurut saya adalah berkomitmen dalam putusan. ini juga untuk kebaikan diri sendiri. dan syukur-syukur membawa dampak pada kebaikan diri seseorang. 




ya ya yaa....
bahasan sikap memang bukan bahasan yang enak dibicarakan. tapi paling tidak, ga ada salahnya mulai memiliki sikap dan berkomitmen memegang teguh akan sikap yang telah dipilih. bukan untuk siapa, tapi ya untuk si saya.