Terhitung sudah satu bulan saya akrab dengan kereta api tut tut tut.
Yaaahh skrg sih udh ga kereta api lagi, tp kereta listrik. Hehehe.
Perihal keakraban diawali dgn dipakenya motor yg biasa menemani ke
kantor sama papa. Beliau mau jadi 'mandor' di rumah kakak yg kebetulan
lg bangun rumah. Jadilah setiap minggu, pulang ke rumah dengan si
kereta.
Dari awal selalu merasa aneh dgn penumpang kereta.
Kayaaaa,,gini lo, hidup lo bergantung sama jadwal kereta. Kl telat, ya
telat jg nyampe kantor ato nyampe rumah. Plus dempet2an di dalem kereta,
kaya sarden. Tapiiiii..berhubung yang memungkinkan cuma naik kereta aja
utk bisa pulang ke rumah, apa daya?
Yang seru dari naik kereta
selain empet-empetan, ada lagi nih, AC yg kadang2 berasa dingin, tp
seringnya engga. Wkwkwk. Maklum, saking banyaknya penumpang. Trus,
karena termasuk newbie jd penumpang KRL, kalo naik kereta di malem hari
itu bikin keder. Secara gelap, mana keliatanlah itu udh nyampe di
stasiun mana. Wallahualam deh. Mudah2an ga salah turun kereta. Hehehe.
Dan
baru kali ini nih, nyobain yg namanya duduk di kursi buatan sendiri.
Abisan para penumpang kereta suka rusuh boi. Rebut sana-sini bwt bisa
duduk. Tp rebutannya beneran rusuh. Haaaahh,,bikin pening kepala. Dan
karena saya kreatif, jadilah tas yg berisi baju kotor seminggu saya di
kosan, dijadikan kursi dadakan. Hasilnya? Lumayaaann,,ga bikin kaki
pegel krn berdiri di dalem kereta. Wkwkwk
Aah, udah aah. Kereta Commuterline Jurusan Serpong udah berangkat. Sampai ketemu lagi di cerita kereta lainnya. :D
caption : sesaat duduk termenun, menunggu kereta api berangkat, baru bisa menyebrang ke peron 1
Senin, 30 April 2012
Kamis, 26 April 2012
Belajar (Lagi) Untuk Biasa. Bisa?
Acungkan tangan bagi siapa yg belum atau tidak punya jejaring sosial?
Atau, acungkan tangan bagi siapa yg ga punya smartphone? Gw rasa, hanya
beberapa org saja di Jakarta (bahkan Indonesia) yg kehidupannya jauh dr
jejaring sosial dan smartphone.
Jejaring sosial.
Umumnya, setau gw, hampir semua teman terdekat pasti memiliki lebih dari satu jejaring sosial. Minimal mereka punya Facebook dan Twitter. Dan umumnya, tiap mereka pasti up date status di dua jejaring sosial itu. Entah karena kebiasaan atau keeksisan, atau apa, men-up date status itu penting. Untuk hanya sekadar kutipan kalimat, up date info-info penting, atau hanya sekadar 'pamer' lokasi keberadaan (yang ada kalanya, up date status jejarin sosial dijadikan #kode bagi orang tertentu). Dan ada pula yang eksis memantau status jejaring sosial, tanpa meng-up date apapun. Dan gw rasa, itu kebiasan sehari-hari yg menjadi rutinitas tanpa henti. Dan kemudahan meng-up date status jejaring sosial, dimudahkan dengan adanya Smartphone.
Smartphone (Blackberry, iPhone, dan Android).
Bagi semua pengguna ketiga smartphone ini, kebiasaan terdahulu untuk ketik pesan atau telpon, bergeser menjadi ketik BBM, YM, atau WhatsApp. Poin pentingnya sih, tanpa mengeluarkan biaya pulsa, udh bisa terkoneksi setiap saat. Bahkan, saking ga mengeluarkan pulsa tiap kali terhubung, ajang pergosipanpun pindah lokasi. Hanya dgn layar kecil aja, gosip (atau info deh biar lebih penting) bisa tersampaikan dengan cepat. Tapi ada kalanya, membaca text BBM, YM atau WhatsApp, bisa salah pengertian lho (hati-hatiiiiiii....wkwkwk).
Sampai, kadang terpikir di benak gw untuk bisa kembali bersikap biasa dengan ponsel dan jejaring sosial. Mencoba untuk gak mengecek ponsel setiap saat untuk tau status BBM semua orang, mencoba untuk ga #kepo akan up date-an status semua orang, dan mencoba untuk mempergunakan ponsel sebatas ketik sms dan telpon. Tapi naif juga, krn bisa ketinggalan berbagai informasi (yg ga jarang) penting yg diinfokan dengan cepat.
Life oh life.
*24 April 2012. Sehari tanpa pulsa internet dan ingin mencoba hingga bbrp hari ke depan :D
Langganan:
Postingan (Atom)